Ekonomi Kreator untuk Strategi Influencer Marketing
Ekonomi kreator sedang mengalami perubahan yang cukup besar, yang dipicu oleh kemajuan teknologi, pergeseran perilaku konsumen, serta inovasi dalam cara berbisnis. Untuk 2025, beberapa tren penting mulai terlihat, seperti dominasi micro-influencers, penerapan kecerdasan buatan (AI), perkembangan pesat social commerce, dan semakin kuatnya fokus pada komunitas. Tren-tren ini menjadi faktor utama yang harus diperhatikan oleh brand saat menyusun strategi influencer marketing yang efektif. Laporan ini akan mengupas lebih dalam tentang tren-tren tersebut dan dampaknya bagi para pelaku industri.
Pertumbuhan dan Dampak Ekonomi Kreator
Ekonomi kreator telah berkembang dari sektor niche menjadi kekuatan global dengan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Pada 2023, nilai pasar ekonomi kreator mencapai 480 miliar dan diperkirakan terus tumbuh [3][5]. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan belanja influencer marketing, diversifikasi aliran pendapatan kreator, serta adopsi platform berbasis komunitas.
Ekspansi Jumlah Kreator dan Profesionalisasi
Lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia menganggap diri mereka sebagai kreator, dan sekitar 45 juta di antaranya menjalani profesi ini secara serius [5][7]. Lonjakan ini menunjukkan perubahan besar dalam cara kita memandang konten buatan pengguna. Kini, konten tersebut tak sekadar sebagai hiburan semata, melainkan juga menjadi sumber pendapatan yang signifikan. Para kreator pun mulai mengembangkan bisnis mereka dengan berbagai cara, seperti membuat podcast, menawarkan kursus online, menjual merchandise, hingga menyelenggarakan acara secara langsung [12].
Diversifikasi Monetisasi
Kreator kini semakin mengandalkan sumber pendapatan di luar iklan tradisional. Diperkirakan pada tahun 2025, sekitar 64% dari penghasilan mereka akan berasal dari berbagai cara seperti langganan, donasi dari penggemar, hingga penjualan produk digital. Tren ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam model pendapatan kreator, yang semakin berfokus pada interaksi langsung dengan audiens dan diversifikasi sumber penghasilan [4][15]. Platform seperti Kliq memberi kreator kesempatan untuk membangun aplikasi mereka sendiri, sehingga bisa mengelola interaksi dan transaksi langsung dengan audiens. Dengan cara ini, mereka tidak perlu lagi bergantung pada algoritma platform sosial yang sering kali membatasi jangkauan dan kontrol mereka. [4].
Dominasi Micro dan Nano-Influencers
Pergeseran ke Audiens yang Lebih Targeted
Brand kini semakin memilih micro-influencers (dengan pengikut antara 10.000 hingga 100.000) dan nano-influencers (kurang dari 10.000 pengikut) karena mereka menawarkan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi. Rata-rata engagement rate mereka berkisar antara 3 hingga 5 persen, jauh lebih baik dibandingkan macro-influencers yang biasanya hanya mencapai 1 hingga 2 persen. Hal ini membuat micro dan nano-influencers menjadi pilihan yang lebih efektif untuk membangun interaksi yang lebih dekat dengan audiens [6][11]. Kreator kecil sering dianggap lebih autentik dan mampu menjangkau komunitas yang sangat spesifik, misalnya para penggemar skincare organik atau mereka yang menyukai kuliner vegan [9][11].
Kolaborasi Jangka Panjang
Alih-alih mengandalkan kampanye sekali jadi, 58% merek B2B kini memilih pendekatan "always-on" dengan membangun kemitraan yang berkelanjutan. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk terus berinteraksi dan memperkuat hubungan jangka panjang, bukan hanya sekadar berfokus pada hasil instan dari kampanye tunggal. Dengan cara ini, brand dapat menjaga relevansi dan kepercayaan di mata pelanggan secara konsisten [16]. Strategi ini membantu kreator untuk benar-benar memahami nilai dari sebuah brand, sehingga konten yang dibuat bisa lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan audiens [11][17].
Integrasi AI dan Virtual Influencers
Konten Berbasis AI
AI telah mengubah cara kita membuat konten, dengan hadirnya alat seperti RunwayML untuk editing video dan KAKAK.ai yang membantu dalam penulisan skrip. Hampir empat dari sepuluh kreator—sekitar 39%—memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi kerja mereka. Meski begitu, mayoritas audiens, yaitu 62%, tetap lebih menyukai konten yang sepenuhnya dibuat oleh manusia [3][12]. Transparansi benar-benar menjadi hal yang penting. Kreator yang jujur tentang penggunaan AI dalam konten mereka melihat kepercayaan dari audiensnya naik sampai 28%. Dengan terbuka, mereka membangun hubungan yang lebih kuat dan menciptakan atmosfer yang lebih percaya, yang pada akhirnya membuat audiens merasa lebih nyaman dan terlibat [17].
Virtual Influencers
Avatar digital seperti Lil Miquela, yang memiliki 2,4 juta pengikut di Instagram, dan Code Miko menunjukkan bahwa karakter virtual mampu menjalin ikatan emosional dengan audiens. Bahkan, mereka diperkirakan akan menyumbang sekitar 15% dari total pengeluaran di bidang influencer marketing pada tahun 2025 [3][13]. Keunggulan utama mereka adalah kemampuan brand untuk mengendalikan pesan secara penuh sekaligus menjaga konsistensi citra yang dihadirkan [10][12].
Social Commerce dan Live Shopping
Integrasi Langsung di Platform Sosial
Fitur seperti TikTok Live Shopping dan Instagram Live memberikan kesempatan bagi penjual untuk melakukan penjualan secara real-time saat sesi streaming berlangsung. Menariknya, sekitar 70% pengguna TikTok menemukan produk baru melalui platform ini, dan tingkat konversinya bahkan 4 hingga 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan konten statis [14]. Contoh keberhasilan yang menarik perhatian adalah Fenty Beauty, yang berhasil meningkatkan penjualannya hingga 30% berkat demo makeup secara langsung. Pendekatan ini tidak hanya menarik minat konsumen, tetapi juga membangun kepercayaan melalui interaksi langsung yang autentik [14].
Personalisasi melalui Data
Platform live shopping kini memanfaatkan AI untuk memahami preferensi audiens secara langsung dan menyesuaikan rekomendasi produk selama sesi berlangsung. Selain itu, teknologi AR (Augmented Reality), seperti fitur "virtual try-on," membuat pengalaman belanja jadi lebih interaktif dan membantu mengurangi risiko pengembalian produk hingga 25% [14].
Strategi Autentisitas dan Komunitas
Lima Pilar Autentisitas
Penelitian oleh Duffek dkk. (2025) mengidentifikasi lima properti kunci autentisitas:
- Keahlian (expertise): Kedalaman pengetahuan di niche tertentu.
- Keterhubungan (connectedness): Interaksi dua arah dengan audiens.
- Orisinalitas (originality): Gaya konten yang unik.
- Transparansi (transparency): Keterbukaan tentang partnership dan penggunaan AI.
- Integritas (integrity): Motivasi non-finansial dalam endorsemen[17].
Komunitas Eksklusif
Kreator seperti pelatih kebugaran Kayla Itsines kini memilih platform khusus seperti FanHero untuk membangun komunitas berbayar yang eksklusif. Anggota dalam komunitas ini cenderung memiliki Lifetime Value (LTV) sampai tiga kali lipat dibandingkan pengikut biasa, karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok yang istimewa [15].
Monetisasi dan Diversifikasi Pendapatan
Model Berbasis Kinerja
Brand kini mulai menerapkan sistem komisi yang didasarkan pada performa, memberikan kreator persentase dari penjualan yang mereka hasilkan. Platform seperti LTK dan ShopStyle memudahkan proses pelacakan melalui penggunaan kode afiliasi, sehingga kampanye menjadi lebih transparan dan akuntabel [9][14].
Pembangunan Ekosistem Mandiri
Kreator seperti MrBeast, yang terkenal sebagai YouTuber, dan Emma Chamberlain, seorang podcaster, mulai meluncurkan merek minuman serta apparel mereka sendiri. Dengan cara ini, mereka bisa mengurangi risiko yang muncul akibat perubahan algoritma di platform digital, sekaligus meningkatkan margin keuntungan sampai sekitar 40% [4][12].
Tantangan dan Deteksi Penipuan
Mitigasi Influencer Fraud
31% akun influencer memiliki setidaknya 20% pengikut palsu, menurut data Stellar (2025)[18]. Alat seperti HypeAudit dan Social Blade memudahkan brand dalam mengenali akun bot dengan menganalisis pola pertumbuhan pengikut serta tingkat keterlibatan. Namun, pendekatan manual, misalnya dengan memeriksa keterlibatan di berbagai platform secara langsung, tetap penting untuk memastikan hasil yang lebih akurat [18].
Regulasi dan Etika
Beberapa negara di Eropa kini memberlakukan aturan yang lebih ketat terkait pengungkapan kemitraan, dengan sanksi denda yang bisa mencapai 4% dari pendapatan tahunan jika pelanggaran terjadi. Sementara itu, di Amerika Serikat, FTC menetapkan bahwa konten berbayar harus menyertakan hashtag seperti #ad atau #sponsored untuk memberi tahu audiens dengan jelas [17][18].
Ekspansi B2B dan Pendekatan Always-On
Influencer Marketing di Sektor B2B
49% marketer B2B memprediksi influencer marketing sebagai tren utama 2025, LinkedIn kini telah menjadi platform utama dalam dunia profesional. Sebagai contoh keberhasilan, Adobe bekerja sama dengan para kreator di bidang desain untuk membuat tutorial produk. Kolaborasi ini berhasil mendongkrak peningkatan lead hingga 45% [10][16].
Strategi Always-On
Alih-alih mengandalkan kampanye musiman, brand seperti Salesforce memilih pendekatan yang lebih berkelanjutan dengan membentuk "dewan kreator". Dewan ini aktif terlibat dalam pengembangan produk serta pembuatan konten edukasi yang berjalan sepanjang tahun [16].
Kesimpulan dan Rekomendasi
Untuk bisa unggul dalam persaingan ekonomi kreator di tahun 2025, brand harus mampu beradaptasi dengan dinamika yang terus berubah. Mereka perlu memahami kebutuhan audiens secara mendalam dan membangun hubungan yang lebih personal. Selain itu, inovasi dalam konten dan strategi pemasaran juga menjadi kunci agar tetap relevan dan menarik perhatian di tengah keramaian digital.
- Membangun kemitraan jangka panjang dengan micro-influencer yang sejalan dengan nilai perusahaan merupakan langkah strategis yang penting. Dengan cara ini, hubungan yang terjalin tidak hanya menguntungkan secara bisnis, tetapi juga mencerminkan komitmen bersama terhadap prinsip dan visi yang sama.
- Memanfaatkan AI dan virtual influencer untuk bereksperimen dengan konten bisa menjadi strategi yang menarik, asalkan transparansi tetap dijaga. Penggunaan teknologi ini menawarkan peluang baru dalam menciptakan konten yang unik dan inovatif, tapi penting untuk memastikan audiens tahu kapan mereka berinteraksi dengan entitas digital. Dengan begitu, kita membangun kepercayaan sekaligus mendorong kreativitas tanpa menyembunyikan fakta di balik layar..
- Membangun ekosistem omnichannel yang mengintegrasikan social commerce, komunitas eksklusif, serta platform mandiri secara harmonis.
- Menggunakan alat deteksi penipuan serta melakukan audit secara rutin untuk memastikan bahwa ROI dari kampanye tetap terjaga dengan baik.
Seiring dengan berkembangnya tren, kolaborasi yang autentik antara brand, kreator, dan teknologi makin menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan strategi influencer marketing. Integrasi yang nyata dan saling melengkapi di antara ketiganya tak hanya memperkuat pesan, tapi juga membangun kepercayaan yang lebih dalam pada audiens. Pada akhirnya, sinergi inilah yang akan membawa hasil optimal dalam kampanye pemasaran influencer.
Referensi:
- [3] The creator economy trends set to shape 2025, https://dmexco.com/stories/the-creator-economy-trends-for-2025-the-boom-continues/
- [4] The Creator Economy in 2025, https://www.joinkliq.io/the-creator-economy-in-2025
- [5] Influencer Marketing in the Creator Economy: Emerging Trends, https://stewarttownsend.com/influencer-marketing-in-the-creator-economy-emerging-trends/
- [6] Top 5 Creator Economy Trends to Watch in 2025 | Hobo.Video, https://hobo.video/blog/top-5-creator-economy-trends-to-watch-in-2025/
- [7] The Rise Of The Creator Economy: Creators Displace Advertising Paradigms, https://www.forrester.com/blogs/the-rise-of-the-creator-economy-creators-displace-advertising-paradigms/
- [9] Top 10 Micro-Influencer Platforms in 2025, https://stackinfluence.com/top-10-micro-influencer-platforms-in-2025/
- [10] Top 8 Influencer Marketing Trends To Watch in 2025 - AgencyAnalytics, https://agencyanalytics.com/blog/influencer-marketing-trends
- [11] Trends dominating the social media and influencer marketing landscape in 2025 - Agility PR Solutions, https://www.agilitypr.com/pr-news/social-media-influencer-marketing/trends-dominating-the-social-media-and-influencer-marketing-landscape-in-2025/
- [12] The four trends to watch in the 2025 creator economy - Digiday, https://digiday.com/marketing/the-four-trends-to-watch-in-the-2025-creator-economy/
- [13] The Rise of Virtual Influencers | ThoughtLeaders Blog, https://www.thoughtleaders.io/blog/the-rise-of-virtual-influencers-youtubes-latest-culture-and-trends-report-reveals-the-power-of-virtual-creators
- [14] Exploring The Best Live Shopping Platforms For 2025 | Appscrip Blog, https://appscrip.com/blog/live-shopping-platforms/
- [15] 2025 Trends: How creators can stay ahead in the community economy - FanHero, https://fanhero.com/2025-trends-how-creators-can-stay-ahead-in-the-community-economy/
- [16] 29 Influencer Marketing Statistics for Your Social Strategy in 2025, https://sproutsocial.com/insights/influencer-marketing-statistics/
- [17] Source, https://news.gsu.edu/2025/02/20/influencer-authenticity/
- [18] Influencer Fraud Detection, https://stellar.io/influence-marketing-glossary/influencer-fraud-detection/